Woensdag 27 Maart 2013

Tulisan IBD

Nama : Tulus Ariyanto


Masa Prasejarah


 Budaya Jawa masa prasejarah ditandai dengan penemuan sejumlah benda-benda purbakala. Di tanah Jawa zaman sejarah akan ditandai dengan adanya prasasti yang pertama kalinya muncul berbentuk Prasasti Kampak atau dikenal dengan namanya Perdikan Kampak (Hermansyah, 1979: 21). Pada zaman Prasejarah, Trenggalek telah dihuni oleh manusia dengan bukti ditemukannya benda-benda yang merupakan hasil zaman Nirloka. Dari hasil penelitian serta lokasi benda-benda prasejarah tadi, dapatlah direkontruksi-kan, perjalanan manusia-manusia pemula di daerah Trenggalek itu dalam beberapa jalur, yaitu: jalur pertama, dari Pacitan menuju Panggul, perjalanan diteruskan ke Dongko, dari Dongko menuju ke Pule kemudian menuju ke Karangan dari sini dengan menyusuri sungai Ngasinan menuju ke Durenan. Kemudian manusia-manusia Purba Trenggalek itu melanjutkan perjalanan ke Wajak, daerah Tulungagung.
Jalur kedua, berangkat dari Pacitan ke Panggul menuju Dongko, melalui tanjakan Ngerdani turun ke daerah
6
Kampak lalu ke Gandusari, dari sini perjalanan dilanjutkan ke Tulungagung. Jalur ketiga, berangkat dari Pacitan menuju Panggul menyusuri tepi Samudra Indonesia menuju Munjungan, diteruskan ke Prigi lalu ke Wajak. Demikian rekonstruksi perjalanan manusia-manusia prasejarah yang berlangsung bolak-balik antara Pacitan dan Wajak. Jalur-jalur perjalanan tersebut dapat dibuktikan dengan ditemukannya artefak zaman batu besar, seperti menhir, mortar, batu saji, batu dakon, palinggih batu, lumpang batu dan sebagainya. Yang kesemuanya benda-benda tadi tersebar di daerah-daerah bekas jalur-jalur lalu lintas mereka itu. Van Heekeren menyatakan bahwa homowajakensis (manusia purba wajak) hidup pada masa Plestosin atas, sedangkan peninggalan Pacitan berkisar antara 8.000 sampai 35.000 tahun yang lalu. Akibatnya masa megaliticum atau masa neoliticum itulah yang meliputi daerah Trenggalek purba. Penemuan Fosil
Dari fosil-fosil yang ditemukan di Tulungagung pada tahun 1989 dan 1890, terbukti bahwa di sana telah dihuni oleh manusia sejak kurang lebih 40 – 50 ribu tahun yang lalu. Tempat penemuan tersebut di dukuh Creme, Desa Gamping atau Campurdarat. Pada waktu itu daerah Campurdarat masih bernama distrik Wajak. Oleh sebab itu fosil tersebut dinamakan fosil Homowajakensis. Pada tahun 1982 saat pembuatan saluran Lodagung di dukuh Creme juga ditemukan
7
fosil lagi dari kedalaman 2 meter. Sekitar 1 meter di atasnya diketemukan kerangka manusia yang masih utuh dan memakai anting-anting berbentuk cakra seberat 12 gram. Namun karena terkena angin, kerangka tersebut hancur menjadi debu. Hanya tinggal tengkoraknya yang sudah menjadi fosil. Setelah diteliti ternyata tengkorak dari kedalaman 2 meter tadi diperkirakan hidup pada 25 ribu tahun yang lalu. Sedang yang memakai anting-anting hidup kurang lebih 4 ribu tahun silam. Daerah Tulungagung banyak terdapat peninggalan sejarah purbakala. Sekitar 63 buah peninggalan berupa benda bergerak dan tidak bergerak. Tulungagung memiliki peninggalan purbakala terbanyak di daerah Karesidenan Kediri. Di antara peninggalan tersebut 26 berupa prasasti, 24 diantaranya berupa prasasti batu. Salah satunya adalah prasasti Lawadan karena terletak di desa (thani) Lawadan yang sekarang diyakini bernama Wates Campurdarat. Prasasti yang bertanggal 18 Nopember 1205, hari Jumat Pahing, dikeluarkan oleh Prabu Srengga raja terakhir kerajaan Daha. Raja tersebut terkenal dengan nama Prabu Dandanggendis. Prasasti tersebut berisi pemberian keringanan pajak dan hak istimewa semacam bumi perdikan atau sima. Alasan pemberian hadiah tersebut adalah karena jasa prajurit Lawadan yang sudah memberikan bantuan kepada kerajaan mengusir musuh dari Timur sehingga raja yang tadinya telah meninggalkan kraton dapat kembali berkuasa.
8
Prasasti lain adalah prasasti di desa Mula dan Malurung, yang menyebut nama desa Kalangbret. Meskipun prasasti tersebut tidak terdapat di Tulungagung namun menyebutkan Wilayah di Tulungagung. Isinya berupa puji-pujian kepada dewa Syiwa. Raja yang disebut-sebut adalah Sri Maharaja Semingrat nama lainnya adalah Wisnuwardana. Prasasti tersebut dikeluarkan pada 15 Desember 1256 M (Rebo Legi). Isinya menetapkan Desa Mula dan Malurung menjadi Sima (perdikan) karena loyalitas seorang pejabat bernama Pranaraja berhasil memimpin membuat tempat berbakti kepada nenek buyut prabu Seminingrat atau Wisnuwardana di Kalangbret menyebutkan tempat tersebut diulangi pada kakawin Negarakretagama Kalangbret, tempat tersebut adalah tempat suci bagi leluhur raja Hayam Wuruk dari Majapahit. Kalangbret menjadi nama salah satu desa di Kecamatan Kauman 5 km sebelah barat kota Tulungagung. Pada jaman Mataram Islam, yaitu jaman Sri Pakubuwana I dan VOC tahun 1709 mengadakan perjanjian bahwa nama Kalangbret tetap digunakan sebagai ibukota kabupaten Ngrowo. Begitu juga pada perjanjian Giyanti (1755) nama Kalangbret disebut salah satunya wilayah mancanegaranya kerajaan Yogyakarta. Juga menjadi nama distrik atau kawedanan atau wilayah pembantu Bupati Tulungagung.
Berdasarkan uraian tadi maka tidak benar kalau Kalangbret akronim Adipati Kalang yang disembret-sembret oleh Patih Gajah Mada seperti disebut dalam buku Tulungagung Dalam Sejarah dan Babad. Di samping hal
9
tersebut juga pernah diketemukan prasasti yang disebut prasasti Sidorejo dan Biri. Nama Biri berubah menjadi Wiri dan diyakini menjadi nama Cu-Wiri. Kalangbret sebagai kadipaten Mancanegara Mataram terbentuk sejak perjanjian Giyanti. Selanjutnya dijadikan ibukota kabupaten Ngrowo tahun 1775 – 1824 Masehi, yaitu pada masa Mataram Islam dan zaman kolonial. Bupati pertama Kabupaten Ngrowo adalah Kyai Ngabehi Mangundirono. Nama Kalangbret telah dikenal sejak tahun 1255 M (prasasti Mula-Manurung) dan disebut ulang dalam Negarakretagama (1635 M) dengan nama Kalangbret. Katumenggungan Wajak berdiri pada masa pemerin-tahan Sultan Agung sampai dengan pembentukan kadipaten Ngrowo dengan pusat pemerintahan di Wajak sejak perjanjian Giyanti. Ini terjadi antara tahun 1615 – 1709 M pada masa Mataram Islam dan masa kolonial. Yang menjadi bupati Tulungagung I adalah Senapati Mataram bernama Surontani. Beliau dimakamkan di Desa Wajak Kidul, Boyolangu. Sedangkan Surontani III (Kertoyudo) dimakamkan di desa Tanggung Campurdarat. Katumenggungan Wajak berakhir dengan berdirinya Kabupaten Ngrowo yang beribu kota di Kalangbret. Nama Rowo telah dikenal sejak tahun 1194 M (Prasasti Kemulan) dan disebut ulang dalam Negarakretagama (1365 M). Nama ini kemudian berubah menjadi Ngrowo.
Kebudayaan Jawa asli berbentuk animisme dan dinamisme. Animisme adalah sistem kepercayaan yang me-yakini adanya ruh-ruh nenek moyang. Sedangkan dinamisme
10
adalah kepercayaan yang meyakini adanya kekuatan gaib pada benda-benda keramat. Modernisasi itu sendiri seringkali sinonim dengan kebudayaan modern, dengan kehadirannya yang melibatkan berbagai ranah budaya, semisal budaya pikir. Harun (1994) menjelaskan betapa budaya pikir inilah yang terpenting dalam diskursus budaya modern berhubung dengan keterjalinannya yang niscaya atas budaya Iptek. Oleh sebab itu akan disayangkan apabila ternyata banyak kalangan masya-rakat tak terkecuali kaum elitnya tidak memahami perbedaan antara teknik dan teknologi. Dalam kedua jilid buku “Teknologi dan Dampak Kebudayaannya” (1985) Mangun-wijaya mengajak pembaca merenungkan lebih jauh filsafat apa yang sesungguhnya mengejawantah dalam benda-benda teknologi serta proses sosial dan tuntutan mentalitasnya. Berkaitan dengan hal tersebut maka usaha untuk menjaga keagungan budaya harus terus dilakukan. Di antara tokoh pelestari budaya Jawa adalah Ki Panut Darmoko. Bagi masyarakat penggemar pedalangan, nama Ki Panut Darmoko sungguh sangat familiar. Beliau memang seniman kawentar, misuwur dan kaloka. Mulai dari perkotaan, pedesaan dan pegunungan banyak yang mempunyai kesan dan rekaman tentang sejarah kehidupannya. Dalam melakukan aktivitas pedalangan beliau setia pada pakem. Ki Panut lahir pada hari Rabu Kliwon, tanggal 10 September 1931. Dengan demikian beliau mengalami hidup tiga jaman, yaitu jaman Belanda, jaman Jepang dan jaman kemerdekaan.

Maandag 25 Maart 2013

Tugas 1 IBD

  Tugas 1 IBD

 

Unsur-Unsur Pembangun Manusia

Ada 2 sudut pandang yang dapat dijadikan acuan untuk membagi unsur-unsur yang membangun manusia dan jika dilihat dari salah satu sudut pandangnya, unsur-unsur pembangun manusia antara lain :

  1. Jasad
  2. Hayat
  3. Roh
  4. Nafas


Kemudian dari sudut pandang yang lainnya, ada 3 unsur pembangun manusia atau 3 unsur yang ada di dalam diri manusia, yaitu :
  1. Id
  2. Ego
  3. Superego

2. Hakekat Manusia
Hakekat manusia sebagai makhluk hidup antara lain :
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari kesatuan tubuh dan jiwa
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna diantara makhluk hidup yang lainnya
Sebagai makhluk biokultural, yaitu makhluk hayati dan budayawi
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan yang memiliki kualitas dan martabat karena memiliki kemampuan untuk bekerja dan berkarya
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup ciptaan Tuhan lainnya, karena manusia dan makhluk hidup yang lainnya memiliki banyak perbedaan dan manusia jauh lebih memiliki perbedaan yang menonjol yang jauh diatas makhluk hidup lainnya (memiliki apa yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lain), antara lain :
  1. memiliki akal pikiran
  2. memiliki perasaan
  3. memiliki keinginan dan tekad
  4. memiliki kehendak


Tugas 1 IBD

  Tugas 1 IBD

 

Unsur-Unsur Pembangun Manusia

Ada 2 sudut pandang yang dapat dijadikan acuan untuk membagi unsur-unsur yang membangun manusia dan jika dilihat dari salah satu sudut pandangnya, unsur-unsur pembangun manusia antara lain :

  1. Jasad
  2. Hayat
  3. Roh
  4. Nafas


Kemudian dari sudut pandang yang lainnya, ada 3 unsur pembangun manusia atau 3 unsur yang ada di dalam diri manusia, yaitu :
  1. Id
  2. Ego
  3. Superego

2. Hakekat Manusia
Hakekat manusia sebagai makhluk hidup antara lain :
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari kesatuan tubuh dan jiwa
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna diantara makhluk hidup yang lainnya
Sebagai makhluk biokultural, yaitu makhluk hayati dan budayawi
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan yang memiliki kualitas dan martabat karena memiliki kemampuan untuk bekerja dan berkarya
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup ciptaan Tuhan lainnya, karena manusia dan makhluk hidup yang lainnya memiliki banyak perbedaan dan manusia jauh lebih memiliki perbedaan yang menonjol yang jauh diatas makhluk hidup lainnya (memiliki apa yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lain), antara lain :
  1. memiliki akal pikiran
  2. memiliki perasaan
  3. memiliki keinginan dan tekad
  4. memiliki kehendak


Tugas 1 IBD

  Tugas 1 IBD

 

Unsur-Unsur Pembangun Manusia

Ada 2 sudut pandang yang dapat dijadikan acuan untuk membagi unsur-unsur yang membangun manusia dan jika dilihat dari salah satu sudut pandangnya, unsur-unsur pembangun manusia antara lain :

  1. Jasad
  2. Hayat
  3. Roh
  4. Nafas


Kemudian dari sudut pandang yang lainnya, ada 3 unsur pembangun manusia atau 3 unsur yang ada di dalam diri manusia, yaitu :
  1. Id
  2. Ego
  3. Superego

2. Hakekat Manusia
Hakekat manusia sebagai makhluk hidup antara lain :
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari kesatuan tubuh dan jiwa
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna diantara makhluk hidup yang lainnya
Sebagai makhluk biokultural, yaitu makhluk hayati dan budayawi
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan yang memiliki kualitas dan martabat karena memiliki kemampuan untuk bekerja dan berkarya
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup ciptaan Tuhan lainnya, karena manusia dan makhluk hidup yang lainnya memiliki banyak perbedaan dan manusia jauh lebih memiliki perbedaan yang menonjol yang jauh diatas makhluk hidup lainnya (memiliki apa yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lain), antara lain :
  1. memiliki akal pikiran
  2. memiliki perasaan
  3. memiliki keinginan dan tekad
  4. memiliki kehendak